Tag: parenting

  • Cara Menerapi Orang yang Ingin Bunuh Diri

    Beberapa waktu yang lalu saya kedatangan seorang gadis yang berperawakan tinggi, langsing dan cukup cantik. Namun dibalik ketegaran fisiknya, saya temukan kelemahan jiwanya. Dibalik senyumnya, ada luka yang lama menganga. Dibalik kecantikannya, ada getir yang mendera.

    “Saya ingin bunuh diri Pak!” Kata-kata itu keluar dari bibirnya, yang terlihat agak pucat. “Kenapa?” Saya bertanya sambil mencoba berpositive thinking atas keadaannya. “Saya hopeless Pak, saya merasa tak lagi berguna, tiada lagi yang menghargai saya. Saya takuut sekali kalau berbuat salah….mending saya mati saja….!” Air matanya mulai membasahi pipinya.

    Setelah dia tenang, baru dia bercerita, bahwa sejak SMA dia dibully oleh teman-temannya. Orang tuanya yang seorang pegiat sosial kemasyarakatan dan seorang yang cukup berpengaruh di pekerjaan dan lingkungan, terlambat untuk mengetahui keadaannya. Setiap dia curhat, malah dia yang dipersalahkan. Dibanding-bandingkan dengan saudara-saudaranya yang lebih pintar, lebih pemberani dan lebih berprestasi.

    Entah kenapa, kalau saudara-saudaranya melakukan kesalahan, orang tuanya cenderung memaklumi dan memaafkan. Tapi begitu giliran dia yang bersalah, orang tuanya bisa marah besar. “Kamu ini anak pertama, begini saja tidak becus, memalukan….!” Kata-kata sejenis itu kerap kali mengisi hari-hari, mengiringi kesalahan yang tidak sengaja dia lakukan.

    Sahabat-sahabat yang berbahagia, kira-kira apa yang menjadi penyebab gadis tadi ingin bunuh diri? Yup anda benar, karena dia kekurangan zat kimia di otak yang bernama serotonin. Kesedihan yang berlarut-larut, tekanan yang terus menerus, rasa bersalah yang luar biasa, dan sejenisnya, memang bisa mengurangi zat serotonin di otak kita (sumber: BBC London).

    Kalau serotonin di otak jumlahnya berkurang atau jumlahnya sedikit, bisa menjadikan seseorang jadi pesimis, minder, pemurung, resah, gegana (gelisah, galau, merana), dan sejenisnya. Otak dalam keadaan seperti ini, tidak bisa berfungsi secara maksimal, kehilangan kreatifitas dan daya juangnya. Otak reptilnya lebih dominan daripada otak limbik dan neokorteknya.

    Maka untuk memperbanyak kembali zat serotonin di otaknya, saya ajak dia untuk melihat sisi baik dari setiap keburukan yang ada (reframing). Karena pikiran dan perasaan buruk yang kita lekatkan pada peristiwa buruk, hanya akan menjadikan kita semakin terpuruk. Saya ajak dia mensyukuri karunia Tuhan yang masih tersisa, karena di luar sana ada buanyak orang yang tidak seberuntung dia. Saya ajak dia untuk menerima apapun taqdir hidupnya, sebab di luar sana masih buanyak orang yang taqdirnya jauh lebih buruk daripada dirinya.

    Awalnya, terlihat dia melakukan mental block. “Pilihan kamu hanya ada dua: tetap terpuruk seperti ini, malah bisa semakin buruk, lalu kamu bunuh diri dan tersiksa di akhirat nanti. Atau kamu terima taqdir ini, ikhlaskan. Karena semakin kau tolak, akan semakin terasa sakit. Yakinlah, pasti ada hikmah positifnya.” Saya mencoba meyakinkannya sambil melakukan analog marking dan menceritakan kisah ‘kuda dan tetangga’ (ceritanya bisa anda baca di tulisan saya yang lain).

    “Setelah itu, coba syukuri apapun yang masih layak untuk disyukuri. Sambil terus berdo’a dan meyakini, kalau hari ini dan esok jauh lebih baik. InsyaAllah…Laa haula walaa quwwata illa billah.” Dengan intonasi hipnosis saya meyakinkannya.

    Setelah terlihat dia lebih tenang, saya sodorkan selembar kertas dan alat tulis. “Coba sekarang anda tulis, apa saja karunia Allah yang masih bisa anda syukuri dan hal-hal positif apa yang bisa anda lakukan untuk membahagiakan anda dan keluarga anda di masa depan….” Disaat dia asyik menulis, saya putarkan lagu indahnya Westlife ‘I Have a Dream’.

    Setiap hari saya wajibkan dia untuk melakukan ‘positive activities’ tersebut. Alhamdulillah, sebulan kemudian dia ngasih info kalau sudah mendapatkan pekerjaan dan memiliki bisnis fashion. Dia sudah bisa fokus pada indahnya tempat tujuan, bukan pada lika likunya perjalanan.

    Bagi sahabat-sahabat yang mau belajar hypnosis, hypnotherapy dan NLP silakan call/sms ke: 081 334 664 876

    Mau training Service Excellent, silakan klik: www.tips-indonesia.com
    Mau outbound outbound, silakan klik: www.outboundindonesia.com

  • KENAPA ANAK KITA SUKA MAIN GAME DAN BAGAIMANA SOLUSINYA?

    Kenapa anak kita suka main game dan bagaimana solusinya?

    Sharing dari beberapa pengalaman saya dan klien-klien saya:

    1. Karena game itu menyenangkan
    Namanya juga anak-anak, dunia yang penuh dengan permainan. Bukankah dulu ketika masih anak-anak kita juga demikian?

    Lalu kenapa main game perlu dibatasi?

    Yang pertama karena berlebihan
    Sebenarnya bukan hanya game saja sih yng perlu kita batasi. Segala sesuatu yg mubah, bisa jatuh ke makruh atau bahkan haram kalau berlebihan. Selama tidak berlebihan, maka insyaAllah itu masih masuk kategori mainan/hiburan. Kecuali di dalamnya ada unsur yang merusak seperti: kekerasan, pornografi, dan sejenisnya yang harus dihindari.

    Yang kedua karena faktor kesehatan,
    Mulai radiasi elektromagnetik, akomodasi mata yang dipaksakan, gerakan tubuh yang minim dan sejenisnya.
    Dari sisi inilah game yang berlebihan menjadi negatif akibatnya bagi kesehatan

    Lalu berapa lama idealnya main game?
    Sehari satu jam atau seminggu 6 jam harusnya sudah cukup untuk refreshing.
    Itupun harus kita tanamkan ke anak bahwa ini hanya salah satu hiburan, masih banyak aktifitas yang lain yang tidak kalah menyenangkan.

    Solusinya: Carikan anak-anak kita aktifitas alternatif yang juga menyenangkan, sebagai bentuk kompensasi atau subtitusi.

    2. Karena belum/tidak ada alternatif penyaluran emosi/energi, atau anak-anak merasa kesepian/bosan dengan rutinitas/aktifitas yang ada.

    Anak-anak itu ‘gak duwe udel’ kata orang jawa; ndak punya capek. Mereka cenderung mencari penyaluran dari energi yang berlimpah tersebut.

    Sak ketemune. Ketemu game maka dia akan main game, ketemu teman bisa bermain bersama teman, ketemu ortu bisa hangout bersama ortu, ketemu buku dia akan baca buku, ketemu tivi dia akan nonton tivi.

    Mana yang paling menyenangkan/nyaman baginya, itu yang akan menjadi pilihan aktifitas utamanya.

    Maka mari kita instrospeksi, kenapa anak-anak kita lebih suka main game daripada aktifitas yg lain…?

    Solusi:
    -Habiskan energi anak-anak dengan aktifitas positif yang lain, yang sama/lebih menyenangkan dibanding game.
    -Jangan biarkan mereka dalam kesepian, padahal kita ada didekatnya
    -Mari belajar apa yang menjadi kesenangan anak, sehingga kita bisa mengisinya dengan cara yang lain, selain menyerahkan gadget kita kepada mereka agar mereka ‘diam’.

    —————–

    Oh ya sahabat-sahabat Hypno Parenting, hari Minggu, 30 Agt 2015, jam 06.00-selesai, di Nganjuk, sy ngisi materi SPIRITUAL HYPNO PARENTING. Monggo bagi yang bisa merapat…..