“Dulu ketika saya masih menjadi seorang karyawan, pernah hampir saya tinggalkan pekerjaan ini, karena saya merasa tidak dihargai oleh manajer outlet saya. Sangat jarang saya mendapatkan sekedar ucapan terimakasih kek, pujian kek, sapaan basa basi kek. Malah sebaliknya, saya mendapat marahan dan sikap kurang baik dari beliau,” curhat salah seorang manajer outlet sebuah rumah makan yang sangat terkenal di Malang dan Surabaya.

“Maka ketika saya sekarang menjadi seorang manajer outlet, saya berusaha semaksimal mungkin untuk menghargai tim kerja saya. Saya berikan respect, perhatian, bimbingan dan kepercayaan penuh pada mereka, sehingga mereka merasa dianggap, diuwongke, lebih mandiri dan bertanggungjawab.”

“Kalau ada evaluasi sering saya sampaikan sambil bercanda, tegas tapi tidak keras. Sering saya ajak bicara dari hati ke hati empat mata. Kadang saya traktir main PS atau futsal sehingga lebih akrab dan mereka merasa berhutang budi. Kalau misalkan mereka ada masalah dengan manajemen pusat, saya bantu untuk handle, sehingga mereka merasa saya lindungi,” ceritanya sambil menikmati ayam crispy, salah satu menu favorit yang ada di rumah makan itu.

“Karena ikatan emosional itulah, mereka sangat loyal kepada saya. Ketika saya meminta mereka untuk melakukan sesuatu, mereka pasti nurut. Ketika saya dipindah untuk menghandle outlet yang lain, mereka sedih banget dan ingin ikut pindah bersama-sama dengan saya,” kenangnya dengan mata berkaca-kaca.

Lain manajer, lain pula ceritanya. Manajer outlet yang akan saya ceritakan berikut ini sangat loyal pada perusahaan. Saking loyalnya, sampai-sampai ketika dia ditawari oleh orang lain untuk membuka rumah makan baru, dengan gaji yang lebih besar dan sistem bagi hasil yang menarik, dengan tegas dia menolak.

“Saya sangat berhutang budi pada rumah makan ini, gara-gara rumah makan ini saya sekarang sangat dihargai oleh keluarga, saudara dan teman-teman saya. Padahal dulu mereka sangat meremehkan saya. Karena dulu saya hanyalah seorang penjual sayur di pasar dan kadang-kadang membantu teman saya berjualan jilbab,” kenangnya.

“Saya sangat respect pada owner rumah makan ini, beliau orangnya baik, percaya dan perhatian pada saya. Bagi saya beliau sudah saya anggap seperti kakak sekaligus orang tua saya sendiri. Manajer areanya juga perhatian dan bagus sama saya, saya dididik sampai betul-betul paham bagaimana menjadi seorang manajer outlet yang professional. Pernah saya menangis disaat salah satu manajer area memberi saya uang untuk membeli sandal. Maklum sandal saya sudah butut waktu itu.”

“Gaji saya juga sudah lebih dari cukup, belum lagi fasilitas yang lainnya. Dan insyaAllah saya temukan jodoh saya di rumah makan ini. Alhamdulillah, suami istri masih boleh sama-sama bekerja disini,” pungkasnya.

Saudara, punyakah anda cerita-cerita tentang bagaimana agar seorang karyawan (baca: tim kerja) bisa menjadi loyal pada instansi/perusahaan?

Kirimkan cerita anda ke WA: 0878 599 33862 atau ke email: international_coach@yahoo.com.

Cerita anda akan kami jadikan buku dan anda berhak untuk mendapatkan keuntungan dari buku tersebut.

NB: Cerita diatas adalah hasil sharing-sharing saya dengan Manajer Outlet Rumah Makan Ayam Goreng Nelongso Surabaya.

Let’s Grow Together…!
SBCC (School of Business, Coaching & Consulting)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *